Ia akan tersenyum dengan bibir tersibak kecut
Seakan bunda kan berkata " aku bangga putra-putriku jadi devisa negara "
Tapi air matanya kan meneteskan darah merah
Ya.. jiwa raga yang telah bunda taruhkan tak berbalas kembang senyum
Derita tak tertanggung kini hanya pigura dalam dinding sejarah
Jantung bunda sedikit demi sedikit digerogoti kanker jiran
Putra-putri bunda diperbudak ringgit
Lihatlah bunda pengkhianat-pengkhianat negeri
Keping-keping rupiah untuk ANAK NEGERI lenyap dalam keserakahan
Kalau bunda masih hidup tentu bunda akan berguman.. " Tuhan hidupkan aku kembali "
kan ku gantung lintah darat negeri ini tanpa peduli HAM
karena lintah itu tak pernah peduli dengan mangsanya
Bunda... aku malu ...
Dulu kita berbaik hati mengajarkan kata demi kata
Kata-kata itu kini membalikkan kita
Dan kita tak bisa berbuat apa-apa
Bunda... bukankah bunda berkata tanah kita kaya
tapi kekayaan itu cuma retorika yang tak berwujud
Bunda ... hadirlah dalam kegalauan anak bangsamu
Ajarkan kami harga diri dan keteguhan
Agar Bunda tetap tersenyum dalam penantian abadi